Bengkulu Utara — Seni bukan sekadar hiburan, melainkan energi yang mampu menggerakkan ekonomi dan membangun peradaban bangsa. Banyak tokoh dunia menegaskan hal ini. John F. Kennedy menyebut seni sebagai kebutuhan pokok bangsa, Nelson Mandela menyatakan seni adalah jembatan persatuan, sementara UNESCO menempatkan Seni khususnya industri kreatif sebagai sektor dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Kita sering berbicara tentang pembangunan infrastruktur, investasi industri, atau sektor perdagangan sebagai tulang punggung ekonomi daerah. Namun, ada satu sektor yang kerap terabaikan, padahal diam-diam menjadi penyumbang investasi terbesar yakni, seni dan budaya.
Seni bukan soal pentas hiburan atau tontonan di panggung. Ia adalah magnet yang mampu menggerakkan roda ekonomi, membangkitkan sektor pariwisata, dan menciptakan lapangan kerja baru. Setiap festival budaya, setiap pameran seni, setiap pagelaran musik tradisional hingga modern, menghadirkan ribuan orang. Mereka datang bukan hanya untuk menyaksikan pertunjukan, tetapi juga untuk menghidupkan pasar lokal: membeli makanan, menyewa hotel, menggunakan transportasi, hingga belanja produk UMKM.
Hasilnya nyata—sumbangan bagi pendapatan asli daerah (PAD) terus mengalir. Seni telah menjadi lokomotif ekonomi kreatif sekaligus wajah promosi daerah. Tidak berlebihan jika dikatakan, seni adalah investasi yang keuntungannya berlipat ganda: menguntungkan masyarakat, menyejahterakan seniman, memperkuat APBD, dan menaikkan martabat daerah di mata bangsa bahkan dunia.
Lebih dari itu, seni membangun karakter bangsa. Ia menanamkan kreativitas, disiplin, kebersamaan, dan rasa percaya diri pada generasi muda. Bangsa yang menempatkan seni sebagai prioritas, sesungguhnya sedang membangun pondasi kuat untuk masa depan yang mandiri, maju, dan berdaya saing global.
Sayangnya, peran besar ini sering kali tidak diimbangi dengan perhatian yang serius. Padahal, seniman dan pelaku budaya adalah mitra strategis pemerintah daerah dalam pembangunan. Tanpa mereka, panggung akan sepi, tradisi akan memudar, dan peluang ekonomi akan lenyap. Dengan mereka, daerah justru bisa berlari cepat seperti banyak wilayah yang kini maju melalui seni dan pariwisata.
Maka, sudah waktunya seni dipandang bukan sebagai pelengkap, melainkan sebagai investasi utama. Ketika panggung ditutup dan tepuk tangan reda, seni tetap bekerja: menghidupi rakyat, memperkuat APBD, menjaga jati diri, dan menyalakan harapan. Inilah kekuatan sejati yang tidak boleh lagi kita abaikan.

Pondasi Bangsa dan Karakter Maju
Lebih dalam, seni harus dibangun sebagai pondasi bangsa dan daerah. Dari seni lahirlah nilai, norma, dan tradisi yang menjadi perekat sosial. Ia membentuk karakter masyarakat yang kreatif, disiplin, berdaya saing, sekaligus terbuka pada keberagaman.
Bangsa yang menempatkan seni di pusat kehidupan akan tumbuh menjadi bangsa mandiri, maju, dan berkembang. Sukarno pernah berkata: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya sendiri.” Dengan menghargai seni, sebuah bangsa menjaga jati dirinya sekaligus menyiapkan masa depan yang kokoh.
Peran Seniman dan Pelaku Budaya
Kemajuan seni dan budaya tidak mungkin terwujud tanpa para seniman dan pelaku budaya. Mereka adalah garda terdepan yang menjaga warisan leluhur sekaligus menghidupkan kreativitas baru. Peran mereka bukan hanya menciptakan karya, tetapi juga:
- Menggerakkan Ekonomi Lokal – melalui pertunjukan, kerajinan, maupun industri kreatif yang melibatkan masyarakat sekitar.
- Mengangkat Citra Daerah – setiap karya dan festival yang mereka hasilkan menjadi etalase daerah di mata nasional maupun internasional.
- Membangun Identitas dan Kebanggaan – seniman dan pelaku budaya menjadikan masyarakat lebih percaya diri terhadap jati diri dan tradisi lokal.
Karena itu, perhatian khusus bagi para seniman adalah mutlak. Majunya suatu daerah tidak hanya bergantung pada pembangunan fisik, tetapi juga pada sejauh mana seni dan para pelakunya diberi ruang, penghargaan, dan kesempatan berkembang. Daerah yang menghargai senimannya, niscaya akan tumbuh menjadi daerah yang maju dan beradab.
Seni sebagai Investasi Terbesar
Seni adalah investasi yang hasilnya tidak hanya terlihat hari ini, tetapi juga diwariskan untuk generasi mendatang. Ia menghidupi masyarakat, memperkuat kas daerah, sekaligus mengangkat martabat bangsa di mata dunia.
Ketika Tepuk Tangan Reda, Seni Tetap Hidup
Ketika panggung usai dan tepuk tangan reda, seni tidak ikut menghilang. Ia tetap hidup dalam denyut ekonomi rakyat, dalam karakter bangsa, dan dalam cita-cita daerah yang ingin maju. Dalam setiap nada musik, tarian, lukisan, hingga karya sastra, seni menyimpan kekuatan yang jauh melampaui ruang hiburan.
Seniman tidak sekadar berkarya. Mereka adalah penjaga martabat, pewaris nilai, dan penyalakan harapan untuk generasi berikutnya. Mereka berdiri di garis depan membangun peradaban, meski sering tanpa tepuk tangan panjang atau sorotan lampu megah.
Seni yang Menghidupi
Kita sering lupa, bahwa di balik sebuah festival budaya, pementasan tari, atau pameran seni, berputar roda ekonomi masyarakat. Pedagang kecil mendapat rezeki, hotel dan rumah makan penuh pengunjung, transportasi hidup, dan daerah memperoleh pemasukan nyata melalui sektor pariwisata.
Seni adalah denyut ekonomi kreatif. Ia menciptakan peluang kerja baru, mendorong UMKM, sekaligus memperkuat APBD daerah. Dengan kata lain, seni bukan hanya menghidupi jiwa, tetapi juga menghidupi perut rakyat.
Seni sebagai Pondasi Karakter Bangsa
Lebih jauh dari aspek ekonomi, seni membangun karakter bangsa. Di dalam seni, tersimpan nilai disiplin, kreativitas, kebersamaan, dan cinta tanah air. Anak-anak yang belajar seni tidak hanya berlatih menari atau bernyanyi, tetapi juga belajar menghargai proses, bekerja dalam tim, dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Bangsa yang menempatkan seni di pusat kehidupan adalah bangsa yang siap mandiri, maju, dan berkembang. Seni menjadi pondasi yang kokoh bagi sebuah masyarakat untuk tetap tegak di tengah arus globalisasi.
Seniman sebagai Mitra Pembangunan
Sudah saatnya peran seniman dan pelaku budaya mendapat perhatian lebih serius. Mereka bukan hanya penghibur, melainkan mitra strategis pemerintah daerah. Karya mereka adalah etalase daerah, identitas yang membedakan satu wilayah dengan wilayah lain, sekaligus daya tarik wisata yang tak ternilai.
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia dan dunia yang berhasil maju lewat seni dan pariwisata, kita pun bisa. Syaratnya satu: seniman diberi ruang, apresiasi, dan kesempatan untuk berkarya sepenuh hati.

Kesimpulan
Peran dan fungsi seniman hendaknya mendapat perhatian serius dari semua pihak. Seniman bukan hanya pencipta karya, tetapi mitra strategis pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi lokal. Dengan sinergi yang baik, para seniman dapat ikut serta membangun daerah, mengangkat pariwisata, serta menciptakan lapangan kerja baru.
Banyak daerah di Indonesia maupun mancanegara yang terbukti maju karena menempatkan seni dan budaya sebagai kekuatan utama pembangunan. Jika hal ini dilakukan secara konsisten, maka Bengkulu Utara—dan daerah lainnya—berpeluang besar untuk berkembang pesat, sejajar dengan daerah-daerah yang telah lebih dulu berhasil memajukan seni dan pariwisatanya.
Ketika tepuk tangan reda, justru di situlah ujian sejati seni dimulai. Apakah ia mampu terus hidup, tumbuh, dan memberi makna bagi masyarakat? Jawabannya tergantung pada bagaimana kita—pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha—memberi tempat bagi seni dan para pelakunya.
Karena pada akhirnya, seni bukan hanya cermin kebudayaan, tetapi juga cahaya masa depan. Dan seniman, dengan segala dedikasi dan pengorbanannya, adalah penjaga api itu—api yang akan terus menyala untuk martabat bangsa dan harapan generasi yang akan datang.
Romancesnew.id_Romansyah Sabania
Tulisan yg sangat luar biasa, membuka pandangan seni menjadi lebih luas dan menyadarkan banyak orang untuk lebih peduli dengan seni..
Luar biasa…